Minggu, 25 Januari 2015

Pendidikan Vokasional : Solusi Alternatif Pendidikan di Indonesia

Oleh    : Syahirul Alim, SEI, S.Pd, MM.Pd

Problema yang selama ini berkembang di Indonesia dalam dunia pendidikan adalah relevansi pendidikan dengan dunia kerja terutama bagi program pendidikan yang berorientasi akademis. Arah pendidikan di Indonesia kurang relevan dengan kebutuhan pasar, sebab pendidikan di Indonesia lebih mengarah kepada pendidikan akademis ketimbang pendidikan vokasional yang menghasilkan tenaga kerja terampil.
Model pendidikan di Indonesia sangat berbeda dengan pendidikan di negara-negara maju. Di Negara  maju, seperti Australia, Taiwan, Korea dan Jepang, pendidikan vokasional jauh lebih banyak dibandingkan dengan pendidikan akademik. Di sana 10-15 persen saja yang masuk ke pendidikan tinggi, sedang lainnya justru memasuki pendidikan vokasional. Di sana hanya orang-orang yang ingin menjadi sarjana seperti dokter, insinyur, arsitek atau lainnya saja yang memasuki bidang pendidikan di perguruan tinggi.
Beberapa tahun yang lalu banyak kritik yang dialamatkan kepada dunia pendidikan tinggi yang disebabkan ketidaksiapan lulusannya untuk memasuki kawasan lapangan pekerjaan.  Kritik ini tentu sangat wajar mengingat bahwa lulusan akademis memang tidak dipersiapkan untuk memasuki lapangan pekerjaan professional. Mereka dididik untuk menjadi pemikir atau akademikus,  sehingga kawasan yang dikuasainya adalah sesuai dengan pendidikan akademisnya itu.
Jika kemudian terdapat banyak lulusan pendidikan tinggi yang tidak bisa mengakses lapangan pekerjaan, maka ada dua alasan yang menyebabkannya, yaitu: ketidaksiapan ilmu dan keahlian yang dimilikinya dan  kemudian ketiadaan seperangkat dorongan untuk berprestasi.  Yang dikuasai oleh sarjana adalah seperangkat pengetahuan teoretis sesuai dengan pendidikan akademis yang ditekuninya. Mereka memang tidak dipersiapkan dengan seperangkat pengetahuan praksis yang mendukung terhadap disiplin keilmuan yang ditekuninya. Maka mereka tentu tidak siap untuk memasuki lapangan kerja.
Kondisi tersebut menuntut kehadiran sumber daya manusia dengan muatan pengetahuan dan ketrampilan yang memadai agar mampu bertahan sekaligus mengantisipasi perubahan yang terjadi di tengah ketatnya persaingan. Pendidikan vokasi yang diarahkan pada penguasaan keahlian terapan tertentu pun akhirnya menjadi pilihan.
Sesungguhnya pendidikan keterampilan atau yang disebut pula sebagai pendidikan vokasional, saat ini diyakini mampu menjadi solusi dalam mengurangi angka pengangguran. Hal itu disebabkan, konsep pendidikannya lebih mengandalkan skill atau keterampilan dan bertujuan melahirkan sumber daya manusia yang berkualitas, trampil, memiliki disiplin tinggi, dan berjiwa kewirausahawan.
Pendidikan vokasional adalah pendidikan yang dirancang untuk mengembangkan keahlian, kemampuan, pemahaman, tingkah laku, kebiasaan kerja dan penghargaan yang diperlukan dalam dunia kerja dan membuat kemajuan dalam pekerjaan yang menjadi dasar produksi dan pemanfaatannya. Dalam Undang-Undang Sikdiknas, pendidikan vokasional diperluas menjadi tiga jenis yaitu pendidikan kejuruan, vokasi dan profesional. Pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu. Pendidikan vokasi merupakan pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk memiliki pekerjaan dengan keahlian terapan tertentu maksimal setara program sarjana. Pendidikan profesional merupakan pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk memiliki pekerjaan dengan persyaratan keahlian khusus. Ketiga pendidikan ini bertujuan untuk mempersiapkan peserta didik untuk bekerja pada bidang tertentu.
Perbedaan utama antara pendidikan akademik dan vokasional terletak dalam keahlian yang dicapai lulusannya. Lulusan pendidikan akademik lebih berorientasi pada penguasaan ilmu pengetahuan secara teori, sedangkan lulusan pendidikan vokasional lebih pada penguasaan praktek dari ilmu pengetahuan yang bersangkutan.
Untuk menghasilkan kulitas pendidikan seperti itu, seyogyanya tujuan pendidikan tidak hanya sebatas mengejar hasil. Tapi harus dititikberatkan menjadi target yang berguna dari hasil pendidikan itu sendiri. Salah satu caranya adalah melalui pendidikan yang membekali peserta didik dengan kemampuan vokasional. Dengan begitu, bukan hanya berbekal pengetahuan teori untuk bersaing dalam pasar kerja, namun lulusannya akan memiliki kompetensi vokasi yang berguna untuk menopang kecakapan hidup (spesialisasi keahlian).